BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Konflik agama dalam masyarakat itu dipicu oleh banyak
hal. Sehingga karena hal itu menyebabkan perpecahan antara warga masyarakat
yang satu dengan warga masyarakat lainnya. Bisa disebabkan karena tidak ada
komunikasi sebelumnya, tujuan yang berbeda,
perbedaan pendapat ,kurangnya pemahaman.disini peran dan fungsi agama
sangat dibutuhkan. Maka dari itu saya
mengangkat tema agama dan masyarakat . untuk mengulas masalah konflik yang
terjadi pada saat ini maka saya mengambil judul ‘ Agama Dalam Masyarakat’
1.2 Rumusan
masalah
Berdasarkan
judul makalah ini maka rumusan masalahnya adalah pengertian agama dan
masyarakat, peran dan fungsi agama dalam masyarakat, penyebab konflik agama
yang terjadi dalam masyarakat, cara penyelesaian konflik agama yang terjadi
dalam masyarakat.
1.3 Tujuan
Untuk
mengetahui pengertian agama dan
masyarakat, peran dan fungsi agama dalam masyarakat, penyebab konflik agama yang terjadi dalam
masyarakat, cara penyelesaian konflik agama yang terjadi dalam masyarakat.
1.4 Manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Agar
masyarakat mengetahui tentang agama
dalam masyarakat
2. Agar
masyarakat mengetahui tentang pengertian
agama dan masyarakat, peran dan fungsi agama dalam masyarakat. penyebab konflik
agama yang terjadi dalam masyarakat, cara penyelesaian konflik agama dalam
masyarakat.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian agama dan masyarakat
Masyarakat
adalah suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto,
1983). Sedangkan agama menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan
kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau
nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan
dengan kepercayaan tersebut. Sedangkan Agama di Indonesia memegang peranan
penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa
Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif
terhadap politik, ekonomi dan budaya.
Di tahun 2000, kira-kira 86,1% dari 240.271.522 penduduk
Indonesia adalah pemeluk Islam, 5,7% Protestan, 3% Katolik, 1,8% Hindu,
dan 3,4% kepercayaan lainnya. Peran dan fungsi agama.
a.
Peran Agama dalam Masyarakat
Agama berperan mengatur tentang bagaimana membentuk
masyarakat yang madani. Agama juga yang mampu menciptakan kerukunan dalam
kultur masyarakat yang majemuk. Seperti yang kita semua ketahui bahwa tidaklah
mudah untuk hidup dalam perbedaan. Setiap perbedaan, utamanya perbedaan
pendapat yang ada di masyarakat dapat memicu timbulnya perselisihan. Di sinilah
posisi agama memainkan perannya yang penting sebagai penegak hukum dan menjaga
agar masyarakat saling menghormati dan tunduk pada hukum yang berlaku. Jika dalam
masyarakat agama sudah tidak dianggap memegang peran yang penting, dapat
dipastikan kehidupan sosial masyarakat tersebut akan mengalami dekadensi moral
dan kekacauan yang nantinya bakal meluas ke lingkup yang lebih luas, yakni
bangsa dan negara. Dan ini merupakan ciri dari akan hancurnya dunia! Yah,
kiamat sudah dekat jika agama telah hilang dari sendi-sendi
kehidupan. Agama
memainkan perannya yang sentral dalam hal kultur maupun kehidupan sosial
kemasyarakatannya melalui nilai-nilai luhur yang diajarkannya. Diantara sekian
banyak nilai-nilai yang terdapat dalam agama tersebut, nilai luhur yang paling
banyak dan paling relevan dengan sosial kemasyarakatan adalah nilai spiritual
yang tetap menjaga agar masyarakat tetap konsisten dalam menjaga stabilitas
lingkungan, serta nilai kemanusiaan yang mengajarkan manusia agar dapat saling
mengerti satu sama lain, serta dapat saling bertenggang rasa. Saling memahami
antar masyarakat merupakan langkah awal yang bagus untuk membentuk masyarakat
yang madani. Peran agama
semakin kuat ditandai dengan semakin kuatnya peran ilmu
pengetahuan diramalkan akan mencabut peran agama dalam masyarakat. Namun ramalan itu
ternyata tidak sepenuhnya tepat. Hingga kini kita masih melihat kecenderungan
kuatnya peran agama dalam masyarakat. Dalam masyarakat modern di kota-kota
besar Indonesia, misalnya, menggambarkan adanya kegairahan dalam beragama. Maraknya
acara-acara keagamaan dan bermunculannya tokoh-tokoh pendakwah muda menunjukkan
adanya permintaan yang sangat besar dari masyarakat kota terhadap otoritas
agama. Dalam industri televisi juga dapat dilihat dari begitu tingginya rating
acara-acara yang bernuansa agama. Dapat disimpulkan bahwa semakin modern sebuah
masyarakat tidak serta merta menggeser peran agama dalam kehidupan mereka. Dalam hal-hal
tertentu memang kita saksikan adanya pergeseran. Dahulu, hampir semua persoalan
sosial yang dialami masyarakat biasanya akan dikonsultasikan kepada tokoh
agama. Mereka menjadi konsultan dari persoalan publik hingga problem keluarga.
Modernisasi kemudian menggeser peran itu. Persoalan sosial tersebut kini sudah
terfragmentasi dalam lembaga-lembaga khusus sesuai dengan keahlian dari
pengelola lembaga tersebut. Jadi, dalam batas-batas tertentu modernisasi atau
perkembangan ilmu pengetahuan memang telah menggeser posisi agama. Namun itu
tidak serta merta dapat dimaknai bahwa agama akan kehilangan fungsi dan menghilang
dengan sendirinya.
b.
Fungsi Agama dalam
Masyarakat
Dalam kehidupan
bermasyarakat, agama memiliki fungsi yang vital, yakni sebagai salah satu
sumber hukum atau dijadikan sebagai norma. Agama telah mengatur bagaimana
gambaran kehidupan sosial yang ideal, yang sesuai dengan fitrah manusia. Agama
juga telah meberikan contoh yang konkret mengenai kisah-kisah kehidupan
sosio-kultural manusia pada masa silam, yang dapat dijadikan contoh yang sangat
baik bagi kehidupan bermasyarakat di masa sekarang. Kita dapat mengambil hikmah
dari dalamnya. Meskipun tidak ada relevansinya dengan kehidupan masyarakat
zaman sekarang sekalipun, setidaknya itu dapat dijadikan pelajaran yang
berharga, misalnya agar tidak terjadi tragedi yang sama di masa yang akan
datang. Seperti yang
kita semua ketahui, sekarang banyak terdengar suara-suara miring mengenai
Islam. Banyak orang kafir yang memanfaatkan situasi ini untuk memojokkan umat
Islam di seluruh dunia dengan cara menyebarkan kebohongan-kebohongan.
Menghembuskan fitnah yang deras ke dalam tubuh masyarakat Islam, sehingga
membuat umat Islam itu sendiri merasa tidak yakin dengan keimanannya sendiri.
2.2 Penyebab konflik agama dalam masyarakat
A. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
Semua pihak umat beragama yang sedang
terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin
itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu. Entah sadar atau tidak, setiap
pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran
agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam
skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada
agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan
lawan dinilai menurut patokan itu. Agama Islam dan Kristen di Indonesia,
merupakan agama samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu
Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.
Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran
sunni atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan
dengan keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga hukum dan
politik di samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian
pemberlakuan hukum dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu tidak boleh
mengurangi solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah. Dan
mereka masih berpikir tentang pembentukan negara dan masyarakat Islam di
Indonesia. Kelompok ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang fanatik
dan malah menganut garis keras. Karena itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap
mental dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu
konflik.
B. Perbedaan
Suku dan Ras Pemeluk Agama
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan
ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan
ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk
menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat. Contoh di wilayah
Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang
beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir
selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi),
yang merugikan ketentraman dan keamanan. Di beberapa tempat yang terjadi
kerusuhan seperti: Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang
mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku
Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah
kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa.
Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu
terjadinya konflik.
C. Perbedaan Tingkat Kebudayaan
Agama sebagai bagian dari budaya
bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia
tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam
masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern. Tempat-tempat
terjadinya konflik antar kelompok masyarakat agama Islam - Kristen beberapa
waktu yang lalu, nampak perbedaan antara dua kelompok yang konflik itu.
Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional:
sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena
itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah. Perbedaan
budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah
ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik
antar kelompok agama di Indonesia.
D. Masalah Mayoritas da Minoritas Golongan
Agama
Fenomena konflik sosial mempunyai
aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat
adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama. Di berbagai tempat
terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama Islam sebagai kelompok
mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan
mental adalah orang Kristen yang minoritas di Indonesia. Sehingga nampak
kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih
dari kelompok minoritas yakni orang Kristen. Karena itu, di beberapa tempat
orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering mengalami kerugian fisik,
seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.
2.3 Cara menyelesaikan konflik agama dalam masyarakat
·
Diadakannya pertemuan
antara kedua belah pihak yang sedang konflik
Sehingga
adanya komunikasi.
·
Dilakukannya mediasi
·
Dilakukan lewat jalur
pengadilan
·
Diadakannya musyawarah
·
Memberikan pemahaman
agama yang lebih mendalam kepada masyarakat yang sedang berkonflik agar konflik
tidak terjadi lagi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama sangat dibutuhkan dalam masyarakat termasuk masalah konflik yang
ada didalamnya. Walaupun ada sebagian konflik yang mengatasnamakan agama.tidak
mudah memang menyelesaikan konflik dengan agama karena agama mereka yang
berbeda- beda maka kita kembalikan lagi bahwa agama itu harus lebih dikutkan
lagi pada diri mereka agar tidak terjadi kesalahpahaman ataupun
perselisihan yang mana menimbulkan suatu
konflik dalam masyarakat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar